Presiden China Xi Jinping tiba di Riyadh, Arab Saudi, pada Rabu (8/12) sore untuk melangsungkan kunjungan dan pertemuannya dengan Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS). Xi akan berada di Saudi selama tiga hari. Sejumlah pihak menuturkan fokus kunjungan Xi kali ini adalah meningatkan kerja sama di sektor energi. China adalah pembeli terbesar minyak Saudi sejak 2016. Beijing dan Riyadh tampaknya ingin memperluas kerja sama mereka dalam hal energi dan ekonomi pasca pandemi Covid-19 di tengah ancaman krisis dan inflasi saat ini.
Selain pemimpin Saudi, Xi juga akan bertemu dengan sejumlah pemimpin negara Arab lainnya. Pertemuan Xi Jinping dengan Raja Salman dan MbS nanti pun berlangsung di tengah hubungan kedua negara dengan Amerika Serikat memburuk sehingga lawatan ini disebut bikin Negeri Paman Sam keki. Bahkan, kedatangan Xi ke negara kiblat Islam itu bakal disambut ‘karpet merah’, yang sangat bertolak belakang dengan kedatangan Presiden AS Joe Biden ke Riyadh pada Juli lalu. Dalam kunjungannya kala itu, Biden tak disambut senyuman oleh MbS. Putra Mahkota bahkan mempermalukan Biden dengan mengumumkan pembatasan produksi minyak yang jauh dari permintaan AS.
Hubungan Saudi dan AS belakangan memang sedang renggang. Kerenggangan itu terjadi setelah AS merilis laporan pelanggaran hak asasi manusia yang menyeret nama MbS atas kematian jurnalis Jamal Khashoggi pada 2018. Hubungan kedua negara juga diperparah oleh kebijakan energi Saudi yang masih terikat dengan Rusia di bawah tekanan Washington untuk mengisolasi Rusia imbas perang di Ukraina. Padahal, dua dekade lalu, para pemimpin China merupakan ‘persona non grata’ atau pihak yang tak diinginkan di Saudi yang anti komunis.