Pemerintah diminta mewaspadai kemungkinan terjadinya penurunan stok hasil panen gabah pada musim panen tahun ini. Guru Besar Ekonomi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Dwijono Hadi Darwanto, Minggu (5/3), mengatakan saat ini harga beras di pasaran cenderung akan turun karena sebentar lagi petani akan memasuki panen raya. Namun demikian, ada kemungkinan panen raya periode sekarang hasilnya kurang baik akibat banjir dan banyak hujan sehingga pengeringan padi untuk digiling menjadi beras tidak optimal. “Ada kemungkinan hasil panen raya pada musim panen raya kali tidak begitu bagus. Rendemen secara umum bisa turun karena gabah kering susah dioptimalkan. Ini yang harus dicermati bersama-sama baik oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan juga Bulog yang diserahi tugas untuk menyerap beras petani,” kata Dwijono.
Berkaitan dengan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) beras pada intinya, menurut Dwijono, adalah bagaimana kepentingan petani dan konsumen bisa diseimbangkan. “Jangan sampai salah satu dikalahkan,” katanya. Untuk itu, secara teknis, penyerapan beras untuk SPHP harus kualitas premium lebih banyak daripada kualitas medium. Tujuannya adalah harga di level petani tidak terganggu. “Terakhir, jangan sampai ada pemborosan di Gudang Bulog yakni beras rusak dan tidak bisa dijual ke pasar lagi,” kata Dwijono. Pengamat ekonomi, Nailul Huda, mengatakan kebijakan SPHP juga perlu didorong untuk memenuhi pasar komoditas beras nasional sehingga harga akan menurun seiring dengan banjirnya produk di lapangan. SPHP, perlu digencarkan lagi terutama di pasar pasar tradisional. Badan Pangan Nasional harus gencar melakukan langkah tersebut untuk membanjiri pasar. Selain itu, pihak swasta perlu didorong untuk membanjiri gerai modern. Tercatat beberapa hari ini ada pembatasan pembelian beras medium ukuran lima kilogram (kg) di beberapa minimarket.
Kepala Pusat Pengkajian dan Penerapan Agroekologi Serikat Petani Indonesia (SPI), Muhammad Qomarunnajmi, mengatakan target Bapanas itu bisa tercapai karena produksi memang tak ada kendala, tetapi untuk serapan, sangat bergantung harga dan teknis pembelian, termasuk spesifikasi dan transportasi. Harga, dalam beberapa bulan terakhir memang relatif lebih tinggi daripada sebelum nya. Sebenarnya, bukan harga yang mahal, tetapi lebih karena harga sebelumnya yang terlalu murah, apalagi dibandingkan biaya produksi. Biaya produksi musim ini memang ada peningkatan, seiring dengan peningkatan harga pupuk dan kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Kunci SPHP itu, papar Qomar, tergantung pada kemampuan serapan. Hal itu juga terkait dengan harga yang pemerintah tetapkan untuk membeli ke petani. SPI merekomendasikan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) 5.600 rupiah per kilogram (kg) agar bisa memberi untung ke petani karena biaya produksi saat ini sudah mencapai 5.050 rupiah per kilogram. Jika tidak, Bulog bisa kalah bersaing dengan swasta sehingga bisa mengancam persediaan untuk SPHP.