Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia dari kreditur China melonjak US$1,19 miliar atau setara Rp17,45 triliun (asumsi kurs Rp14.664 per dolar) dalam satu bulan. Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI), Utang dari kreditur China per Maret tahun ini tercatat US$22,01 miliar. Sementara per Februari 2022 hanya sebesar US$20,82 miliar. Lonjakan utang juga datang dari kreditur Hong Kong. Jumlah utang dari negara tersebut pada Maret 2022 mencapai US$16,85 miliar. Jumlah tersebut melonjak dibandingkan Maret 2021, yakni US$14,25 miliar. Namun, turun dibandingkan Februari 2022, US$16,97 miliar. Kendati demikian, secara keseluruhan ULN Indonesia pada kuartal I 2022 menurun. Posisi ULN RI pada akhir kuartal I 2022 tercatat sebesar US$411,5 miliar. Angka tersebut turun dibandingkan dengan posisi ULN pada kuartal sebelumnya yang mencapai US$415,7 miliar.
“Perkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan posisi ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) dan sektor swasta,” demikian tulis data BI seperti dikutip, Minggu (22/5). Penurunan terjadi seiring beberapa seri Surat Berharga Negara (SBN) yang jatuh tempo, baik SBN domestik maupun SBN valas, serta adanya pelunasan neto atas pinjaman yang jatuh tempo selama periode Januari hingga Maret 2022, yang sebagian besar merupakan pinjaman bilateral. Di samping itu, volatilitas di pasar keuangan global yang cenderung tinggi turut berpengaruh pada pemindahan investasi pada SBN domestik ke instrumen lain, sehingga mengurangi porsi kepemilikan investor non residen pada SBN domestik. Sementara, posisi ULN swasta pada kuartal I 2022 tercatat sebesar US$206,4 miliar. Angka itu turun dari US$206,5 miliar di kuartal IV 2021.
Secara tahunan, ULN swasta terkontraksi 1,8 persen, lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada kuartal sebelumnya yang sebesar 0,6 persen. Perkembangan tersebut disebabkan oleh pembayaran pinjaman luar negeri dan surat utang yang jatuh tempo selama kuartal I 2022 sehingga ULN lembaga keuangan dan perusahaan bukan lembaga keuangan terkontraksi masing-masing sebesar 5,1 persen dan 1 persen.