Setelah China, Rusia ikut buka suara soal kesepakatan baru antara Australia, Inggris, dan Amerika Serikat (AUKUS) usai Canberra berencana membeli lima kapal selam nuklir dari Washington. Juru bicara Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, mengatakan rencana tersebut menimbulkan pertanyaan soal perjanjian non-proliferasi nuklir yang selama ini diusung AS dan sekutu. “Ada banyak pertanyaan di sini terkait dengan masalah non-proliferasi. Kami membutuhkan transparansi khusus, dan kami perlu menjawab pertanyaan yang muncul,” ujar Peskov.
Selain Rusia, China juga mengkritik kesepakatan baru AUKUS. Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, ketiga negara itu menapaki jalan yang salah dan berbahaya. “Pernyataan bersama dan terbaru dari AS, Inggris, dan Australia, menunjukkan bahwa ketiga negara, demi kepentingan geopolitik mereka sendiri, sepenuhnya mengabaikan keprihatinan komunitas internasional dan berjalan semakin jauh di jalur yang salah dan berbahaya,” ujar Wang. Ia juga menuduh AUKUS sengaja memicu eskalasi geopolitik di Indo-pasifik dan ingin menghasut perlombaan senjata di kawasan itu.
Pernyataan Rusia dan China muncul usai Australia berencana membeli lima kapal selam nuklir dari AS. Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengumumkan langsung pembelian tersebut saat bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak dan Presiden AS Joe Biden di San Diego, California. Albanese juga menyampaikan ketiga negara sepakat membangun kapal bertenaga nuklir model baru dengan teknologi dari AS dan Inggris. Dengan kesepakatan itu, Australia menjadi negara kedua, setelah Inggris, yang mendapat akses langsung ke rahasia nuklir Angkatan Laut AS.