Trump Tunda Tarif Impor, Ini Dampaknya ke Pasar Obligasi Indonesia

Pasar Obligasi Indonesia ikut terdampak dari keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menunda pengenaan tarif impor selama 90 hari kepada puluhan negara. Kepala Divisi Riset Pefindo Suhindarto mengatakan bahwa penundaan tarif Trump tersebut memberikan nafas lega bagi pasar obligasi Indonesia karena berkontribusi terhadap risk off di negara berkembang seperti Indonesia. Sehingga diharapkan asing akan masuk kembali ke pasar obligasi domestik. Dia melihat ada keuntungan apabila asing masuk kembali, di antaranya harga telah terdiskon cukup dalam akibat meningkatnya sentimen negatif eksternal. Selain itu, depresiasi rupiah juga membuat asing dapat membeli lebih banyak unit untuk setiap dolar AS yang mereka tukar untuk membeli obligasi pemerintah. Meskipun dia melihat pasar obligasi akan lebih positif seiring penundaan tarif Trump, namun tetap melihat risiko spekulasi masih besar, terutama menjelang akhir penundaan kebijakan tarif Trump.

Selain itu, ada risiko lainnya adalah terkait langkah China, karena negara tersebut adalah satu-satunya negara yang dikecualikan dalam penundaan tarif Trump. Langkah balasan China akan menjadi faktor kunci. Baru-baru ini, China (pemegang terbesar US Treasury) juga mengancam AS dengan mengurangi kepemilikan mereka di US Treasury. Menurutnya, langkah tersebut bisa berdampak signifikan terhadap kenaikan yield AS, apabila diikuti negara-negara lainnya, seperti Rusia, karena berdampak pada kenaikan yield. Lalu, apabila yield US Treasury naik, maka juga akan berdampak negatif bagi pasar domestik. Saat ini yield US Treasury 2 tahun sebesar 3,9% dan 10 tahun sebesar 4,49%. Tekanan terhadap pasar obligasi kemungkinan akan lebih besar ketika mendekati akhir penundaan tarif Trump. Spekulan mungkin akan mengambil posisi beli pada 1,5 bulan ini untuk mendapatkan harga murah dan menjualnya untuk mendapatkan untung menjelang akhir penundaan tarif Trump sebelum sentimen eksternal menjadi lebih negatif.

Search