Executive Vice President Perencanaan Korporat PT PLN (Persero) Hot Martua Bakara mengungkapkan kalau pihaknya telah melakukan hitung-hitungan untuk melakukan transisi menggunakan Energi Baru Terbarukan (EBT) hingga 2060. Hasilnya, jika dibandingkan dengan menggunakan teknologi Carbon, Capture, Utilization, and Storage (CCUS) atau dengan Tenaga Nuklir, transisi energi menggunakan EBT jauh lebih mahal.
Untuk mengatasi biaya yang mahal tersebut, pihak PLN perlu bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mendorong proses transisi ini. Terlebih hal ini juga terjadi di berbagai negara. Artinya, peluang kerja sama juga bisa dilakukan dengan berbagai pihak di luar negara.
Sejauh ini progres transisi EBT yang dilakukan PLN telah mencapai sekitar 12% dari target sebesar 23% pada tahun 2025. Untuk mencapai target tersebut, PLN akan bekerja sama dengan pihak swasta untuk mengerjakan proyek yang sudah ada, seperti Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL).