Transisi energi baru terbarukan (EBT) dan local currency transaction (LCT) menjadi prioritas pemerintah Indonesia dalam Visi Asean Pasca-2025. Indonesia mendorong adanya transisi energi menjadi energi bersih dan terbarukan yang dilakukan, antara lain melalui pengembangan ekosistem electricycle di kawasan. “Kemudian, bagaimana kita menjaga stabilitas ekonomi keuangan di kawasan dalam penggunaan local currency transaction dan regional payment connectivity mechanism untuk memperkuat integrasi di kawasan,” kata Direktur Kerjasama Ekonomi Asean Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Berlianto Situngkir, di Jakarta, Rabu (4/5).
Berlianto mengatakan Asean tengah mengembangkan Visi Asean Pasca-2025 untuk menetapkan agenda baru yang jelas dalam mewujudkan integrasi ekonomi yang lebih baik guna merespons transformasi lanskap ekonomi saat ini. Saat ini, telah disepakati enam elemen inti yang menjadi pedoman dalam penyusunan dokumen pendamping Visi, yakni Action-oriented, Sustainable, Enterprising, bold, and innovative, Adaptable and pro-active, Nimble and resilient; dan Inclusive, participatory, and collaborative.
Selain itu, Berlianto juga memaparkan tantangan yang harus dihadapi Asean dari segi internal. Salah satu contohnya yakni krisis junta militer yang terjadi di Myanmar pada 2021 lalu. “Lalu, geopolitical tension sehingga menciptakan risiko di bidang pangan, energi, dan keuangan, tapi bagaimana Asean memperkuat diri untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut, dan tentunya yang ada di internal Asean itu sendiri, seperti kasus demokratisasi yang ada di Myanmar,” jelasnya. Para kepala negara anggota Asean dijadwalkan akan membahas rancangan Visi Asean Pasca-2025 menuju Asean 2045 pada KTT Asean ke-42 yang akan digelar di Labuan Bajo, NTT 9-11 Mei mendatang.