Presiden Tiongkok, Xi Jing, mengatakan Tiongkok dan Uni Eropa harus berpegang kepada independensi serta keterbukaan kerja sama untuk mendorong hubungan bilateral demi kemajuan di jalur yang benar serta menyuntikkan stabilitas dan energi positif kepada perekonomian dunia. Kantor Berita Tiongkok, Xinhua, menyebutkan saat pandangan dunia tertuju pada KTT G20 di Indonesia, muncul sebuah konsensus luas bahwa negara dengan perekonomian besar, seperti Tiongkok dan Uni Eropa (UE), perlu berupaya bersama untuk kerja sama ekonomi agar dapat memfasilitasi pemulihan ekonomi global dan pembangunan berkelanjutan. Terlepas dari pandemi Covid-19 dan ketidakstabilan regional, layanan kereta barang Tiongkok-Eropa masih tetap stabil.
Pada 2021, layanan kereta barang Tiongkok-Eropa mencatat rekor 15.000 perjalanan dan mengangkut barang setara dengan 1,46 juta TEU (twenty-foot equivalent unit). Angka tersebut masing-masing menunjukkan pertumbuhan 22 persen dan 29 persen dari tahun sebelumnya. Selama enam bulan pertama 2022, layanan tersebut mengoperasikan 7.514 perjalanan kereta barang dan mengangkut barang setara dengan 724. 000 TEU, berdasarkan data perusahaan itu. Layanan kereta barang Tiongkok-Eropa berfungsi sebagai penghubung perdagangan penting antara Asia dan Eropa. Dengan 82 rute, kereta tersebut sekarang menjangkau 200 kota di 24 negara Eropa, membentuk jaringan transportasi yang mencakup seluruh Eropa.
Ekonom Universitas Atma Jaya Yogyakarta, (UAJY), Aloysius Gunadi Brata, mengatakan bahwa pernyataan Presiden Xi Jing bahwa Tiongkok dan EU harus berperan lebih besar dalam stabilitas ekonomi dunia tampaknya menandai empat isu penting yang saling terkait. Pertama, kendati ada sejumlah ketidakcocokan dalam aspek non-ekonomi (seperti soal hak asasi manusia), Tiongkok merupakan partner perdagangan dan investasi yang penting bagi EU, terutama sejak satu dekade terakhir. Kedua, Tiongkok hendak menekankan kesiapan infrastruktur untuk memacu perdagangan dan investasi kedua wilayah tersebut. Bahkan juga siap dalam hal transportasi darat dengan kereta api yang sekaligus mendekatkan jarak geografis keduanya. Ketiga, karena yang ditonjolkan dalam pernyataan Xi Jing adalah EU maka ini juga dapat diartikan bahwa Tiongkok terus melakukan upaya untuk menaikkan posisinya berhadapan dengan kekuatan besar lainnya, dalam hal ini AS. Dan terakhir, di tengah ancaman resesi sebagai akibat dari kebijakan ekonomi AS, upaya penguatan kerja sama Tiongkok dan EU sangat mungkin menjadi sebuah solusi untuk membentengi ekonomi dunia dari dampak-dampak negatif kebijakan ekonomi AS.