Harga batu bara mengalami penurunan signifikan, dengan kontrak Februari 2025 ditutup di posisi USD 119,1 per ton, turun 2,38% dalam sehari dan 4,3% dalam dua hari terakhir. Penurunan ini terjadi setelah sebelumnya harga sempat melonjak 8,4% dalam empat hari berturut-turut. Pelemahan harga batu bara disebabkan oleh indikasi penurunan permintaan global dan meningkatnya peran energi baru terbarukan, seperti energi surya dan angin, yang kini menjadi pendorong utama dalam transisi energi di Uni Eropa.
Pada 2024, energi surya untuk pertama kalinya melampaui batu bara dalam pembangkitan listrik Uni Eropa (UE), menyumbang 11% listrik UE dibandingkan 10% dari batu bara. Energi angin juga tumbuh pesat, kini menyumbang 17%, melampaui gas yang berada di 16%. Bahan bakar fosil hanya menyumbang 29% dari listrik UE, terendah dalam sejarah, berkat lonjakan kapasitas energi terbarukan sejak 2019 yang menghemat impor bahan bakar fosil sebesar €59 miliar. Lebih dari separuh negara UE telah mengurangi ketergantungan pada batu bara hingga kurang dari 5% atau menghapusnya sepenuhnya.
Meskipun menghadapi tantangan inflasi dan ketidakpastian politik, transisi hijau di UE tetap berjalan stabil. Energi terbarukan kini menyumbang 47% pembangkitan listrik, naik dari 34% pada 2019. Laporan think tank Ember menekankan perlunya percepatan pengembangan kapasitas angin untuk mencapai target iklim 2030. Dengan mundurnya AS dari Perjanjian Paris, UE semakin memimpin dalam transisi energi bersih, membuka jalan bagi investasi teknologi hijau dan keamanan energi yang lebih kuat.