Tentara Sudan dan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) bertempur di pinggiran Khartoum pada Rabu (26/4/2023). Bentrokan yang terus bergulir telah merusak gencatan senjata dalam konflik yang sudah berjalan 11 hari, walau tentara tetap ingin memperpanjangnya. Beberapa pertempuran terberat hari Rabu terjadi di Omdurman, sebuah kota yang bersebelahan dengan Khartoum. Tentara memerangi bala bantuan RSF dari daerah lain di Sudan. Sejak pertempuran meletus pada 15 April, serangan udara dan artileri telah menewaskan sedikitnya 512 orang, melukai hampir 4.200 orang.
Bentrokan antara dua kekuatan itu menghancurkan rumah sakit dan membatasi distribusi makanan di negara yang sepertiga dari 46 juta penduduknya sudah bergantung pada bantuan kemanusiaan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, hanya 16 persen fasilitas kesehatan yang berfungsi di Khartoum. Badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini memperkirakan lebih banyak lagi angka kematian karena penyakit dan kekurangan makanan, air, dan layanan medis termasuk imunisasi. Diperkirakan 50.000 anak-anak yang kekurangan gizi akut mengalami gangguan pengobatan akibat konflik.
Pejabat Menteri Luar Negeri Sudan Selatan Deng Dau Deng Malek mengatakan, ada lebih dari sejuta warga Sudan Selatan yang tinggal di Sudan. Orang asing yang dievakuasi dari Khartoum menggambarkan mayat berserakan di jalan dan bangunan terbakar. Daerah pemukiman berubah menjadi medan perang dan pemuda berkeliaran dengan pisau besar. Gedung Putih mengatakan, kembali jatuh korban dari warga Amerika Serikat (AS) di Sudan untuk kedua kalinya.