Kandungan protein, zat besi, dan kalsium tempe lebih tinggi dibanding daging sehingga sangat baik dikonsumsi ibu hamil dan anak balita untuk mencegah tengkes (stunting). “Tempe bisa digunakan sebagai lauk saat makan makanan utama dan juga sebagai snack untuk memenuhi kebutuhan protein harian yang kebutuhannya mencapai sekitar 60 gr per hari,” kata dokter gizi klinis dari RSCM, Dr dr Fiastuti Witjaksono, MSc, MS, SpGK. Dr Fiastuti mengungkapkan, faktanya, sebanyak 2/5 orang Indonesia mengalami kekurangan asupan protein. Kondisi ini juga dialami oleh balita, yaitu sekitar 14,4% balita, baik di kota maupun di desa-desa di Indonesia masih kekurangan protein. Karena itu, konsumsi tempe bisa membantu kekurangan protein pada masyarakat Indonesia dan juga mencegah terjadinya balita stunting akibat kekurangan protein. Dengan harga yang murah, tempe sebagai sumber protein nabati memiliki kandungan protein dan kalsiumnya lebih tinggi dibanding daging, bahkan selain itu, kandungan lemak jenuh dan garam pada tempe lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi.
dr Fiastuti memaparkan bahwa tempe merupakan makanan super atau superfood asli Indonesia. Dalam 100 gram tempe setidaknya mengandung 20,8 gram protein, 8,8 gram lemak, 1,4 gram serat, dan 201 kalori. Sebagai perbandingan, dalam 100 gram daging sapi biasanya hanya mengandung 17,5 gram protein. Kalsium tempe juga jauh lebih tinggi dibanding daging. Dalam 100 gr penyajian tempe, kalsiumnya sebesar 155,1 mg. Bandingkan dengan dalam 100 gr penyajian daging, kalsiumnya hanya 10 mg. Belum lagi kandungan besi tempe sebesar 4 mg, sedangkan daging hanya 2,8 mg. Karena itu, tempe bisa untuk mencegah anemia pada ibu hamil, penyebab anak-anak lahir stunting. Vitamin B12 tempe juga tinggi, yaitu 1,7 ug. Bandingkan dengan daging hanya 1,4 ug.
Namun, kata dr Fiastuti, meski dikatakan superfood, tak berarti pagi, siang, malam, disarankan hanya makan tempe melulu. Setiap makanan ada keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Contohnya, meski kandungan protein, kalsium, dan zat besinya lebih tinggi disbanding daging, namun jumlah asam amino tempe tak selengkap daging. Karena itu, tempe perlu divariasikan dengan protein hewani, seperti daging, ayam, dan telur. Kelengkapan asam amino ini penting untuk pembentukan otot anak-anak. Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini juga menginformasikan jika tempe juga baik untuk pembentukan tubuh dan kesehatan pencernaan anak-anak hingga orang tua. “Dengan gizi yang tinggi, tempe diproduksi dengan energi yang lebih rendah dan dijual lebih murah dibanding daging sapi di Indonesia,” paparnya.