Mulai 1 Agustus 2025, tarif dagang “timbal balik” dari Amerika Serikat akan resmi diberlakukan tanpa penundaan, meskipun sejumlah negara masih dalam proses perundingan. Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa negara-negara yang gagal mencapai kesepakatan akan dikenai tarif lebih tinggi. Sejumlah negara seperti India dan Brasil masih belum mencapai mufakat, sementara Korea Selatan berhasil menyepakati perjanjian dagang dengan AS sehingga tarif impornya diturunkan menjadi 15 persen, disertai komitmen investasi dan pembelian energi dari AS senilai ratusan miliar dollar.
Pakistan juga telah menjalin kesepakatan dagang dengan AS, sementara India tetap “dihukum” dengan tarif 25 persen dan tambahan pajak perdagangan karena kedekatannya dengan Rusia, termasuk pembelian minyak dan senjata. Pemerintah India berkomitmen melanjutkan negosiasi namun tetap melindungi sektor domestik seperti pertanian. Hal serupa terjadi pada Brasil yang dikenai tarif total 50 persen, sebagian besar karena faktor politik terkait mantan Presiden Jair Bolsonaro, meskipun sejumlah komoditas ekspor dikecualikan dari tarif tambahan.
China masih dalam tahap akhir negosiasi, dengan komitmen mempermudah akses perusahaan AS terhadap logam tanah jarang dan beberapa pelonggaran pembatasan. Meski China mengklaim telah menyepakati perpanjangan waktu tarif hingga 12 Agustus, AS belum menyatakan keputusan final. Perundingan AS-China masih menyisakan banyak isu struktural yang belum terselesaikan dan memerlukan pendekatan dialog yang berkelanjutan.