Angin optimisme berhembus jelang rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2022. Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai di atas 5,5 persen pada kuartal III/2022. “Kami optimistis pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi dari 5,5 persen, perkiraan kami dari berbagai indikator, penjualan eceran, keyakinan konsumen, kredit, juga transaksi berjalan, dan ekspor yang bagus, itu semua mendukung kami optimistis,” jelasnya. Proyeksi lebih optimistis disampaikan Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi mencapai 6,00 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal III/2022, ditopang oleh permintaan dan mobilitas masyarakat yang terus membaik di tengah pelonggaran PPKM.
“Kami masih melihat PDB Indonesia di kuartal III/2022 tetap solid, tumbuh sekitar 6 persen yoy. Kami memperkirakan PDB Kuartal III/2022 tumbuh 6,00 persen yoy, meningkat dari 5,44 persen yoy di kuartal II/2022,” kata Faisal dalam keterangan resmi, akhir pekan lalu. Faisal menyampaikan, konsumsi rumah tangga diprediksi masih menjadi sumber utama pertumbuhan tahunan. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tahunan akan terus menguat, didukung oleh membaiknya mobilitas masyarakat, bantuan sosial, dan low base effect kuartal III/2022. Adapun pertumbuhan belanja pemerintah diprediksi masih mengalami kontraksi seiring dengan situasi Covid-19 yang semakin terkendali.
Pertumbuhan tahunan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi diprediksi menguat seiring dengan ekspansi PMI manufaktur. Kinerja ekspor bersih terlihat tetap solid, masih karena permintaan eksternal yang terjaga dan sektor pariwisata yang membaik. “Dengan permintaan domestik yang sehat, pertumbuhan ekspor yang kuat, kondisi fiskal yang hati-hati, dan manajemen Covid-19 yang solid, kami mempertahankan perkiraan kami bahwa ekonomi Indonesia berpotensi tumbuh sebesar 5,17 persen pada tahun 2022, meningkat dari 3,69 persen pada tahun 2021,” jelasnya. Sementara itu, Faisal melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia turun tipis menjadi 5,04 persen pada 2023, di tengah normalisasi moneter global yang agresif untuk memerangi inflasi yang masih tinggi.