Tak Tumbang oleh Boikot Barat, Rusia Diprediksi Surplus Rp 4.603 Triliun dari Ekspor Migas

Rusia diprediksi mendapatkan surplus dari hasil penjualan migas (minyak dan gas) setelah negara itu mendapatkan sanksi ekonomi dari Amerika Serikat dan sekutunya. Data Bloomberg Economics memperkirakan Rusia tahun ini akan memperoleh pendapatan tambahan pendapatan 321 miliar dolar AS atau sekitar Rp 4.603 triliun dengan asumsi kursi Rp 14,340 per dolar AS dari kegiatan ekspor energinya. Angka ini terpantau melonjak hampir sepertiga dari pendapatan ekspor migas Rusia di 2021 kemarin.

Meski invasi Rusia ke Ukraina telah membuat beberapa negara besar di daratan Eropa menghentikan ketergantungan impor migasnya dari Rusia, namun hal tersebut tidak membuat perekonomian Rusia runtuh. Bahkan negara besar di Asia seperti India justru tergiur diskon yang ditawarkan dari ekspor migas Rusia. Terpantau sejak 24 Februari 2022 kemarin, India telah memborong sekitar 13 juta barel minyak dari Rusia. Beberapa kilang minyak di berbagai negara seperti Neftochim Burgas dari Bulgaria, Kilang Zeeland dari Belanda, Mol Hungaria, Hellenic Petroleum Yunani serta Miro, Pck Schwedt dan Leuna dari Jerman, juga turut menjadi importir migas Rusia.

Tercatat sepanjang tahun 2021 lalu kegiatan ekspor migas telah menyumbang pendapatan anggaran sekitar 40 persen. Kenaikan pendapatan Rusia ini juga telah membuat Goldman Sachs Group Inc merevisi perkiraan surplus transaksi Rusia menjadi 205 miliar dollar AS. Dengan surplus ini juga memungkinkan Bank Rusia untuk melonggarkan kontrol modal di dalam negeri sehingga dapat memenuhi permintaan sektor swasta akan valuta asing.

Search