Mengunjungi situs slot judi online atau judol bak rutinitas bagi sejumlah masyarakat yang kecanduan. Padahal, kegiatan ini tak sedikit melatarbelakangi aksi kejahatan atau bahkan kasus bunuh diri di Indonesia. Pengamat keamanan siber dari Vaksin.com, Alfons Tanujaya mengungkapkan, akar permasalahan judi online berhubungan erat dengan literasi finansial dan digital masyarakat. Jika literasi finansial dan digital baik, masyarakat akan tahu bahwa judi online secara teknis tidak mungkin menang karena hasil slot sudah ditentukan oleh bandar.
Situs slot memang telah diatur sedemikian rupa menggunakan pemrograman. Jika tidak diatur, bandar akan rugi dan banyak yang tutup. “Bandar makin banyak, artinya ya bandar menang bukan pemain yang menang,” ujarnya. Pengelola juga memiliki akses untuk mengatur sistem dan cara kerja mesin slot digital sesuai dengan kebutuhan. Alfons mengakui, membasmi judi online secara tuntas bukan perkara mudah karena akses kegiatan ilegal di Tanah Air ini diperbolehkan di luar negeri. Membabat habis judi online juga sulit karena menyangkut multiaspek dan tidak bisa diselesaikan hanya dengan pemblokiran situs oleh Kemenkominfo. Pemberantasan judol perlu melalui koordinasi dengan pihak terkait, seperti kepolisian, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Alfons menyampaikan, jika memiliki kemauan, pemerintah dapat mulai menekan judi online dengan menindak pelaku serta afiliasi atau kaki tangannya. Secara teknis (pelaku dan afiliasi) mudah diidentifikasi dan akan menampilkan nomor kontak dan nomor rekeningnya pada setiap iklan judi online.