Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli menyayangkan absennya perdebatan ihwal industrialisasi produk antara atau atau intermediate product komoditas tambang mineral dalam sesi debat cawapres pada Minggu (21/1/2024) kemarin. Rizal mengatakan, perdebatan cawapres kemarin hanya terbatas pada produk antara yang dihasilkan dari sejumlah smelter. Padahal, produk antara itu masih perlu diolah lebih lanjut untuk sampai ke industri yang lebih hilir.
“Seharusnya yang dikembangkan adalah program industrialisasi menyambut produk antara yang dihasilkan dari sektor pertambangan. Ini yang harus menjadi fokus pemerintah berikutnya siapapun yang akan menjadi presiden,” kata Rizal saat dihubungi, Senin (22/1/2024). Rizal mewanti-wanti apabila industri lebih hilir tidak terbangun, investasi pada sisi hulu tambang hingga pabrik pemurnian mineral logam justru bakal mengalir ke China. “Kalau industrialisasi tidak berkembang di dalam negeri, tentu hal ini akan dimanfaatkan oleh negara lain seperti China yang mendominasi pembangunan smelter dan refinery di komoditas nikel,” kata dia.
Menurut Rizal, pembangunan industri manufaktur mesti dikembangkan secara masif untuk menghasilkan produk akhir bernilai tambah tinggi seperti alat kesehatan, alat rumah tangga, transportasi hingga elektronik. “Seharusnya keunggulan kita di bidang sumber daya mineral dimanfaatkan untuk menghasilkan produk jadi yang memiliki nilai tambah yang tinggi serta penyerapan tenaga kerja,” kata dia.