Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat berpidato dalam kegiatan Musyawarah Rakyat (Musra) I Jawa Barat, di Bandung, Minggu (28/8), menyatakan sebanyak sembilan bendungan baru yang bakal rampung dibangun pada akhir 2022, sehingga Indonesia bakal memiliki 38 bendungan. Selama masa kepemiman Jokowi, hingga saat ini sudah membangun 29 bendungan. Bendungan-bendungan yang dibangun itu telah terasa dampaknya bagi sektor pertanian, khususnya produksi padi. Aliran dari bendungan itu disebut telah membuat produksi panen padi meningkat hingga dua kali lipat. Di samping itu, akses jalan oleh masyarakat di desa-desa pun kini sudah lebih baik dibandingkan sebelumnya. Hal itu sebagai hasil dari dana sebesar 468 triliun rupiah yang sudah digelontorkan pemerintah untuk pembangunan desa. Hingga saat ini sudah terbangun 227 ribu kilometer jalan produksi di desa-desa.
Guru Besar Teknik Irigasi Fakultas Teknologi Pertanian Univeristas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sigid Supadmo Arief, mengatakan pembangunan waduk yang ekspansif di era Presiden Jokowi adalah kabar baik bagi dunia pertanian Indonesia. Di tengah tantangan perubahan iklim, pembangunan bendungan menjadi krusial untuk keberlanjutan pertanian. Dalam sistem irigasi, Sigid memaparkan perlunya membangun lima pilar bersama-sama, yakni keandalan air, infrastruktur yang bagus, tata kelola, institusi dan manajeman, serta manusia yang menjalankannya. Untuk pilar pertama dan kedua, dengan pembangunan bendungan yang masif saat ini, Indonesia membuktikan bisa memilikinya. Selanjutnya diperlukan penguatan pada tiga pilar terakhir.
Khusus pilar terakhir, kapasitas manusia yang mengelola irigasi titik lemahnya pada status kepegawaian yang statusnya honorer yang rencananya akan dihapus pemerintah tahun depan. “Semua petugas irigasi di bawah Kementerian PUPR itu honorer dan tidak bisa jadi ASN. Honorer mau dihapus, petugas di bawah resah. Saya kira ini hal paling krusial yang perlu segera diselesaikan setelah sukses membangun infrastruktur bendungan,” papar Sigid.