Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan PKS tak kunjung mendeklarasikan koalisi. Padahal, ketiganya sudah lama saling menjajaki. Pertemuan para elite beberapa kali digelar, sudah membahas figur capres dan cawapres. Sebagian berpandangan, tarik ulur koalisi ini tak lepas dari dilemanya Partai Nasdem. Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya mengeklaim rencana koalisi partainya dengan Demokrat dan PKS kian menguat (19/9). Namun, Willy mengakui bahwa ada sejumlah hambatan terkait rencana koalisi ini. Pertama, ketiga partai belum pernah bekerja sama. Kedua, soal membangun kesepahaman visi serta figur capres dan cawapres. Juru Bicara PKS M Kholid mengatakan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjadi tokoh capres terkuat yang akan diusung. Sosok Anies disebut bisa diterima ketiga partai. Partai Demokrat mengisyaratkan alotnya pembahasan sosok capres dan cawapres yang akan diusung ketiga partai. Koordinator Juru Bicara DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengatakan, pihaknya menghormati mekanisme penentuan capres-cawapres dua calon mitranya.
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menduga, Nasdem, Demokrat, dan PKS tak kunjung meresmikan koalisi mereka salah satunya karena posisi Nasdem yang kompleks. Nasdem hingga kini masih menjadi bagian dari partai pro pemerintah. Sementara, Demokrat dan PKS sejak lama menjadi oposisi pemerintahan Presiden Jokowi. Secara etika, sulit bagi Nasdem berkoalisi untuk Pemilu 2024 dengan partai yang kini berada di luar pemerintahan. Menurut Yunarto, koalisi Nasdem, Demokrat, dan PKS juga sulit menentukan nama capres dan cawapres. Yunarto memprediksi, jika benar Demokrat-Nasdem-PKS berkoalisi, besar kemungkinan mengusung Anies Baswedan sebagai capres. Sementara, kursi cawapres akan menjadi perdebatan alot. Namun, diperkirakan, koalisi ini pada akhirnya akan mengusung calon RI-2 dari luar partai, sebagaimana Anies Baswedan tak terafiliasi dengan parpol mana pun.
Analis politik Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, menilai, Nasdem tak kunjung mengumumkan koalisinya dengan Demokrat dan PKS karena Nasdem masih menjadi bagian dari pemerintahan. Sementara, Demokrat dan PKS merupakan partai oposisi. Secara etika politik, Nasdem harus menarik mundur tiga menterinya di Kabinet Indonesia Maju jika hendak berkoalisi dengan Demokrat dan PKS. Padahal, langkah itu bisa berpengaruh pada eksistensi Nasdem pada pemilu mendatang. Namun demikian, Nasdem tetap berpeluang besar berkoalisi dengan Demokrat dan PKS. Ini karena keinginan besar mereka untuk mengusung Anies Baswedan sebagai capres. Sebaliknya, Demokrat hanya nyaman berkoalisi dengan Nasdem karena sejarah kerenggangan SBY dengan Megawati Soekarnoputri, demikian pula dengan PKS yang berambisi mendukung pencalonan Anies. Kendati sulit, Pangi memprediksi, Nasdem dinilai akan tetap berkoalisi dengan Demokrat dan PKS dengan menentukan nama capres dan cawapres pada detik-detik terakhir.