Sudah Impor hingga Operasi Pasar, Kenapa Harga Beras Masih Mahal?

Harga beras saat ini masih terbilang tinggi. Di beberapa daerah harga beras mencapai Rp 12.000 per kilogram (kg). Padahal, pemerintah sudah membuka keran impor hingga melakukan operasi pasar. Mengapa harga beras masih tinggi, bahkan di atas Harga Eceran Tertinggi (HET)? Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan, kenaikan harga beras terjadi karena beras yang dipasok oleh Bulog ke pasar tradisional adalah beras dengan kualitas premium atau maksimum butir patah 15 persen. Zulhas bilang, harga beras Bulog yang dijual oleh pedagang adalah di atas Rp 10.000 per kg. Padahal, Bulog melepas beras ke pedagang seharga Rp 8.300 per kg. Seharusnya pedagang menjual beras ini Rp 9.540 per kg. Ada keuntungan yang di tengah sama pengecer, tapi kadang-kadang diambil besar, karena berasnya bagus, dijual premium.

Sementara itu, harga beras Medium dibandrol seharga 11.444 per kg di DKI Jakarta, Rp 10.840 per kg di Jawa Barat, dan Rp 10.984 per kg di Jawa Tengah. Adapun harga beras medium tertinggi di Sumatera Barat yakni Rp 14.542 per kg. Untuk mengatasi harga beras yang masih tinggi, Zulhas mengatakan pihaknya tengah melakukan kordinasi dengan Bulog untuk memasok beras ke pedagang tanpa perantara. Hal ini diyakini bisa menekan harga beras, sekaligus memotong rantai pasok dalam penyaluran beras, hingga ke tangan konsumen. “Pak Presiden, memerintahkan untuk menggelontorkan beras besar-besaran, agar tidak ada perantara lagi,” lanjut Zulhas.

Sementara Direktur Perum Bulog Budi Waseso menuding ada oknum yang menjual beras Bulog kepada pedagang dengan harga mahal. Oknum tersebut disinyalir adalah pedagang beras atau pegawai Bulog, yang dengan sengaja menghalangi pedagang mengambil langsung dari Bulog. Pihaknya menjual beras seharga Rp 8.300 per kg, sehingga harga yang harus dijual pedagang adalah Rp 9.400 per kg. Namun selama ini para pedagang terhalangi mendapatkan beras langsung dari Bulog, sehingga harga yang diperoleh pedagang di atas Rp 8.300 per kg. Buwas beranggapan bahwa kenaikan harga beras karena oknum yang ingin mengambil untung dari beras impor. Sementara dari sisi pedagang, menilai kenaikan harga beras karena Bulog belum menyalurkan cadangan impornya. Sebenarnya saya sudah menerima laporan intelijen terkait hal ini, Inilah pentingnya menelusuri doenline beras impor untuk memastikan konsumen dikenakan HET untuk beras medium. Komitmen pedagang dalam hal ini menjadi penting.

Search