Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebutkan kondisi perekonomian Indonesia jauh lebih baik dibandingkan Inggris. Hal ini tercermin dari kinerja APBN masing-masing negara yang berbeda saat krisis.
Menurutnya, fungsi APBN Indonesia sebagai peredam gejolak (shock absorber). Sedangkan, APBN Inggris justru sebagai pencipta gejolak (shock producer).
Sri Mulyani menyebutkan jika kondisi perekonomian Indonesia tidak baik dan berdaya tahan, maka APBN tak akan bisa menjadi shock absorber. Hal tersebut memang berkat penerimaan negara yang melonjak tajam karena kenaikan harga komoditas. Kinerja perekonomian yang baik inilah yang memungkinkan pemerintah menambah anggaran subsidi energi tiga kali lipat, dari Rp152 triliun menjadi Rp502,4 triliun tahun ini. Sehingga, masyarakat tidak merasakan dampak tekanan yang begitu besar dari global.
Situasi ini, kata Sri Mulyani, harus terus dijaga agar APBN tetap bisa menjadi shock absorber. Terlebih, ke depan masih sangat banyak tantangan yang perlu dihadapi, pandemi dan perang yang belum usia, hingga ancaman perubahan iklim.