Menteri Keuangan Sri Mulyani buka suara soal ancaman reflasi yang mungkin terjadi di Indonesia tahun depan. Ia mengatakan pemerintah akan selalu mewaspadai berbagai faktor yang berpotensi memengaruhi pertumbuhan ekonomi, seperti perang di Ukraina. Ia menjelaskan bahwa kata waspada yang digunakan itu bisa menggambarkan downside risk muncul sangat kuat. Nanti akan dilihat sampai akhir tahun dampak serta perkembangan dari perang memengaruhi faktor-faktor pertumbuhan. Meski demikian, Sri Mulyani menjelaskan dasar kewaspadaannya adalah lingkungan ekonomi global sedang muram. Tidak hanya faktor perang di Ukraina, namun juga Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang masih ketat dalam menerapkan kebijakan Covid.
Namun, Sri Mulyani menekankan masih optimis dengan kondisi perekonomian Indonesia 2023 mendatang. Pasalnya, momentum pemulihan ekonomi masih berlangsung baik hingga kuartal tiga berakhir. Termasuk pula pertumbuhan dalam industri manufaktur yang terus meningkat, begitu juga di sektor perdagangan, pertambangan, serta pertanian masih terhitung baik.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan saat ini Indonesia menghadapi risiko reflasi. Ia menuturkan tingginya tingkat inflasi pun membuat buat bank sentral di beberapa negara mengerek suku bunga acuan. Bahkan Perry memperkirakan era suku bunga tinggi akan berlangsung lama dan berlanjut hingga tahun depan.