Sri Mulyani Beberkan “Berkah” Perseteruan AS dan China bagi ASEAN

Menteri keuangan dan gubernur bank sentral se-ASEAN menyoroti perkembangan ketegangan antara dua negara ekonomi terbesar, Amerika Serikat (AS) dan China. Sentimen ini dinilai tidak hanya berdampak negatif, tapi berpotensi memberikan keuntungan bagi kawasan Asia Tenggara. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, berbagai lembaga internasional menyebutkan, ASEAN memiliki ketahanan yang relatif lebih baik terhadap dinamika global. Hal ini ditunjukan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi ASEAN mencapai 4,5 persen pada tahun ini, lebih tiggi dari proyeksi pertumbuhan ekonomi global di kisaran 2,1 persen.

“Sebagaimana disebutkan oleh sejumlah lembaga keuangan dunia seperti ADB, IMF, World Bank, dan juga AMRO, pertumbuhan ekonomi ASEAN terus menjadi titik terang (bright spot) di kancah ekonomi global,” ujar dia, dalam konferensi pers The 10th ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting, dikutip Senin (28/8/2023). Dengan melihat prospek positif tersebut, kawasan ASEAN dilirik oleh berbagai investor global. Sri Mulyani bilang, ASEAN dan India menjadi dua kawasan utama yang dipertimbangkan untuk relokasi investasi di tengah ketidakpastian global yang masih berlanjut. “Kita melihat situasi geopolitik dan kompetisi antara AS dan China, bisa menjadi kesempatan investasi, karena terdapat capital outflow tapi juga ada capital inflow dalam bentuk investasi asing langsung,” tutur dia. “Blok AS dan Eropa serta blok China melihat ASEAN sebagai wilayah potensial relokasi investasi mereka, ASEAN dan India menjadi dua wilayah yang dilihat potensial dari kondisi ini,” sambungnya.

Namun demikian, bendahara negara tidak membeberkan besaran nilai investasi yang berpotensi diterima negara ASEAN atau India. Ia hanya menekankan, untuk memaksimalkan potensi tersebut negara ASEAN harus menjaga fundamental perekonomiannya. Oleh karenanya, para menteri keuangan dan gubernur sentral ASEAN sepakat untuk memperkuat bauran kebijakan moneter dan fiskal masing-masing negara. Hal ini diperlukan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi sekaligus meredam dampak dari ketidakpastian ekonomi global. “Stabilitas di ASEAN sudah cukup terbukti, tapi kita enggak boleh berpuas diri, oleh karena itu pembuat kebijakan, menteri keuangan dan gubernur bank sentral perlu melihat semua potensi kerentanan,” ucap Sri Mulyani.

Search