Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menargetkan pembiayaan utang yang bersumber dari Surat Berharga Negara (SBN) Rp666,4 triliun seperti tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024. Jumlah tersebut meningkat hingga 115% dibandingkan dengan realisasi pada 2023 senilai Rp308 triliun. Adapun, jika penerbitan SBN 2024 naik 83,6 persen jika dibandingkan dengan outlook APBN tahun 2023 sebesar Rp362,93 triliun (year-on-year/yoy).
Dikutip dari Dokumen Nota Keuangan dan RAPBN 2024, target penerbitan SBN akan dipenuhi melalui dua instrumen utama, yaitu SUN dan SBSN baik dalam bentuk rupiah maupun valas dengan tenor 2-50 tahun dan SPN/S. Pemerintah akan mengutamakan penerbitan SBN dalam bentuk rupiah di pasar domestik untuk mengendalikan risiko nilai tukar dan untuk mendukung pengembangan pasar keuangan domestik.
Penerbitan SBN akan dilakukan dalam bentuk Obligasi Negara Ritel (ORI), Sukuk Ritel (SR), Saving Bonds Ritel (SBR), dan Sukuk Tabungan (ST) dengan target ke investor institusi dan investor ritel. Pemilihan instrumen dan tenor penerbitan akan mempertimbangkan faktor-faktor antara lain kebijakan pengelolaan utang, biaya penerbitan SBN, risiko pasar keuangan domestik dan global, preferensi investor, dan kapasitas daya serap pasar. Dengan penerbitan SBN ritel secara daring, diharapkan dapat meningkatkan akses masyarakat, terutama generasi milenial, untuk berinvestasi pada SBN.