Serikat Petani Indonesia (SPI) mengungkap kenaikan harga pupuk menjadi salah satu momok kenaikan harga pangan termasuk beras beberapa waktu terakhir. Ketua Departemen Kajian Strategis Dewan Pengurus Pusat SPi, Mujahid Widian mengatakan kenaikan harga pupuk dan terbatasnya pupuk subsidi untuk petani mempengaruhi biaya modal dan produksi yang dikeluarkan oleh petani. Otomatis berdampak pada harga pangan, sementara petani di Indonesia masih ketergantungan terhadap pupuk (kimia). Menurutnya kesulitan akan pupuk kimia ini masih menjadi masalah bagi petani yang belum kunjung terpecahkan. Khusus untuk pupuk subsidi sendiri menurutnya banyak catatan yang perlu diperhatikan oleh pemerintah. Selama ini ia mengaku masih banyak petani kesulitan mengakses pupuk subsidi yang disebabkan oleh banyak hal.
Pertama, manipulasi atau mark up data Rencana Definitif Kelompok atau Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDK/RDKK). Kedua, Pendataan kartu tani yang masih belum optimal mencakup seluruh petani yang menjadi subjek penerima bantuan pupuk subsidi. Ketiga, rantai penyaluran pupuk bersubsidi yang tidak praktis. “Skema penyaluran yang melibatkan banyak stakeholder (perusahaan dan kios penjual pupuk) di beberapa wilayah berakibat pada terlambatnya penyaluran bahkan sering kali tak sampai ke petani,” kata Mujahid. Keempat, masih adanya diskriminasi terhadap penerima pupuk subsidi yang hanya merekognisi kelompok tani dan gabungan kelompok tani. “Hal ini berimbas pada tidak diakuinya bentuk-bentuk lain, seperti organisasi petani bahkan koperasi sebagai kelembagaan ekonomi petani, untuk menerima bantuan pupuk bersubsidi,” papar Mujahid.