Sosiolog dari Universitas Hasanuddin Dr Sawedi Muhammad MSc mengatakan momentum Hari Kesaktian Pancasila yang bertepatan dengan pelantikan anggota DPR RI dapat dijadikan bahan refleksi kritis para legislator. Para wakil rakyat hendaknya tidak main-main dalam melakoni perannya sebagai wakil rakyat. Mereka harus menjadi suri tauladan, pemimpin yang mengayomi dan melindungi segenap rakyatnya, bukan pemimpin yang diladeni dan menjadi beban bagi rakyatnya. Hal itu merujuk pada pada banyak contoh yang menggenaskan dari perilaku anggota DPR RI di masa lalu. Baik prilaku korupsi, manipulasi, dan penyalahgunaan kekuasaan untuk memperkaya diri dan kelompoknya. Semua itu harus dihindari dengan mempedomani nilai-nilai sakral dari Pancasila yang tidak mentoleransi prilaku zalim, koruptif dan manipulatif. Dengan demikian, harapan tersebut digantungkan pada semua segenap anggota DPR RI agar dalam menjalani hidup jauh dari hedonisme, pamer kemewahan dengan menggunakan fasilitas negara.
Menurut dia, Pancasila sebagai ideologi bangsa terbukti sakti, karena berhasil menangkal segala bentuk pembangkangan, pemberontakan dan konspirasi politik yang ingin menggantikannya dengan dasar-dasar bernegara yang tidak sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia. Sebagai ideologi yang inklusif dan terbuka, Pancasila terbukti mampu menjadi perekat bangsa Indonesia, memberi ruang hidup bagi berbagai macam perbedaan identitas sosio-kultural yang telah berurat berakar di bumi nusantara selama ribuan tahun. “Pancasila telah menjadi landasan kontrak sosial yang agung yang melekat dan terpatri kuat di semua elemen kebangsaan dan menjadi suluh penerang di sepanjang perjalanan sejarah bangsa Indonesia,” ujarnya.