Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengumumkan bahwa stabilitas sektor perbankan Indonesia semakin membaik, tercermin dari perbaikan signifikan dalam indikator-indikator kesehatan perbankan, seperti pertumbuhan kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK), serta rasio kecukupan modal (CAR) yang tinggi. Sebagai hasilnya, LPS memangkas drastis dana cadangan intervensi dari Rp15 triliun menjadi hanya sekitar Rp1 hingga 2 triliun. Meski demikian, LPS tetap memiliki cadangan likuid yang cukup, termasuk Surat Utang Negara (SUN) yang dapat segera dicairkan jika diperlukan. Purbaya Yudhi Sadewa, Ketua Dewan Komisioner LPS, juga menyoroti penurunan jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang kolaps serta membaiknya ekonomi domestik berkat aliran dana program pemerintah ke sektor riil.
Selain itu, LPS terus memantau dan memperkuat sistem keamanan siber untuk menghadapi tantangan perkembangan teknologi finansial dan digitalisasi, dengan investasi lebih dari Rp200 miliar dalam sistem keamanan siber. Purbaya juga mencatat tantangan terkait rendahnya literasi keuangan di masyarakat, yang menjadi fokus LPS untuk meningkatkan pemahaman melalui edukasi. Ke depannya, LPS akan terus mengembangkan sistem pendeteksian dini untuk memprediksi risiko ekonomi dan menyesuaikan tingkat bunga penjaminan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.