Pemerintah Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk mengucurkan dana talangan (bail out) Silicon Valley Bank yang bangkrut. Dengan begitu, semua uang nasabah Rp2.712 triliun yang nyangkut kini bisa kembali. Menteri Keuangan AS Janet Yellen menginstruksikan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) untuk menjamin semua uang nasabah SVB bisa diakses mulai hari ini. Bahkan, AS menjamin uang nasabah yang tidak diasuransikan dalam kejadian bank gagal.
Salah satu faktor kebangkrutan adalah kenaikan suku bunga agresif The Fed selama setahun terakhir. Untuk menopang neraca, mereka menjual US$2,25 miliar saham baru. Keruntuhan SVB itu memicu kepanikan di antara perusahaan modal ventura utama yang dilaporkan menyarankan perusahaan untuk menarik uang mereka dari bank. Terlebih, SVB merupakan bank yang berspesialisasi dalam pembiayaan startup. SVB telah menjadi bank AS terbesar ke-16 berdasarkan aset.
Kegagalan SVB menjadi yang terbesar selepas Washington Mutual bangkrut pada 2008. Saat itu peristiwa kebangkrutan memicu krisis keuangan yang melumpuhkan perekonomian selama bertahun-tahun. Sejak saat itu regulator di AS memberlakukan syarat modal lebih ketat buat bank-bank untuk memastikan keruntuhan bank tidak akan merugikan sistem keuangan dan perekonomian lebih luas. Pada akhir 2022, SVB punya aset US$209 miliar setara Rp3.232 triliun dan deposito sekitar US$175,4 miliar setara Rp2.712 triliun.