Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres meminta Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat untuk kembali menyalurkan pendanaan ke UNRWA, badan PBB yang mengurusi pengungsi Palestina. “Saya memahami kekhawatiran mereka,saya sendiri merasa ngeri dengan tuduhan ini, saya menghimbau kepada pemerintah yang telah menghentikan kontribusi mereka demi menjamin kelangsungan operasi UNRWA,” kata Guterres. Desakan juga turut dilontarkan Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Hussein Al Sheikh yang meminta negara Barat segera membatalkan keputusan penangguhan pendanaan UNRWA untuk Palestina.
Penangguhan ini pertama kali terjadi usai Israel menuding sejumlah anggota UNRWA memiliki hubungan dengan Hamas, tak sampai disitu pemerintah Israel juga menuduh Hamas dan kelompok-kelompok militan lainnya telah menggunakan bantuan serta fasilitas PBB untuk tujuan militer. Amerika yang menjadi negara penyumbang terbesar untuk UNRWA dengan total sumbangan 343,9 juta dolar AS atau setara Rp5,4 triliun justru memutuskan untuk mengakhiri bantuannya. Hal serupa juga turut dilakukan sejumlah negara Barat, mereka satu persatu memutuskan untuk menangguhkan pemberian dana bantuan kepada UNRWA. Diantaranya ada Kanada, Inggris, Kanada, Finlandia, Jerman, Italia, Belanda, Swiss, dan Australia.
Merespon penangguhan yang dilakukan AS cs, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengatakan penangguhan pendanaan terhadap UNRWA adalah sebuah hukuman kolektif yang dapat memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza. Senada dengan OKI, Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit menyebut langkah itu sebagai tindakan yang tidak bertanggung jawab dan beresiko membahayakan warga Palestina yang sudah rentan.