Pemerintah diharapkan segera menyiapkan strategi khusus menghadapi krisis pangan dan energi karena kemungkinan besar sudah berlangsung pada tahun ini. Peneliti Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda, mengatakan krisis bisa lebih cepat dari perkiraan karena indikatornya seperti inflasi global terus merangkak, harga energi yang terus meningkat, hingga ancaman resesi membuat eskalasi krisis semakin meningkat.
Kondisi tersebut makin parah karena belum ada titik terang kapan perang antara Rusia dan Ukraina berakhir yang menyebabkan gandum dan biji-bijian serta produk turunannya, seperti terigu, harganya semakin mahal. “Belum lagi embargo produk Russia oleh dunia barat yang menambah eskalasi krisis. Jadi, saya rasa yang disiapkan mulai tahun ini, bukan tahun depan,” kata Nailul.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan pemerintah sedang mempersiapkan strategi khusus pada 2023 untuk menghadapi krisis pangan dan energi. “Arahan Bapak Presiden adalah bagaimana kita mengantisipasi, global kan terjadi food shortage (kekurangan makanan-red) dan energy shortage, bagaimana kita tidak terjebak di dalam persoalan-persoalan tersebut, jadi kita siapkan strategi khusus untuk 2023,” kata Airlangga di Jakarta, Senin (18/7).