Pemimpin dan warga di Eropa mulai ketar-ketir menghadapi kemungkinan krisis ekonomi, energi, dan politik yang datang bersamaan pada musim dingin mendatang. Rusia telah memutuskan pengurangan pasokan gas ke Benua Biru itu. Krisis terburuk mungkin saja bisa datang lebih awal, jauh sebelum musim dingin tiba.
Raksasa energi Rusia, Gazprom, pekan lalu, telah memangkas hingga separuh atau lebih pasokan gas ke lima negara Uni Eropa, termasuk Jerman. Negara dengan postur ekonomi terkuat di UE itu sangat bergantung pada gas Rusia untuk pembangkitan tenaga listrik dan industri listrik. Gazprom memangkas 60 persen pasokan gas dari Rusia ke Jerman. yang selama ini dialirkan lewat pipa Nord Stream 1. Perusahaan raksasa energi Rusia itu juga memangkas separuh pasokan untuk Italia. Selain itu, Austria, Ceko, dan Slowakia juga mengalami penurunan pasokan.
Di sisi lain, langkah Gazprom itu membuat harga gas alam naik tajam menjelang musim dingin. Kenaikan itu berdampak positif berupa peningkatan pendapatan Rusia. Strategi itu juga memberi tekanan lebih berat pada Eropa.
Meskipun sejumlah negara Eropa fokus pada upaya pengembangan energi terbarukan, krisis mendorong negara-negara itu kembali ke bahan bakar fosil. Jerman, misalnya, akan menggunakan lagi batubara sebagai solusi alternatif. Belanda akan mengizinkan pembangkit listrik tenaga batubara untuk beroperasi pada kapasitas penuh lagi.