Nilai tukar rupiah masih berada di bawah tekanan dolar AS, bertahan di atas level Rp 16.500. Pelemahan ini juga dipengaruhi oleh rendahnya imbal hasil obligasi pemerintah yang mendorong investor asing keluar.
Pergerakan rupiah dipengaruhi oleh faktor eksternal berupa penutupan pemerintahan AS serta rilis sejumlah data ekonomi domestik. Investor cenderung menantikan data penting seperti inflasi, manufaktur, dan neraca perdagangan. Rupiah diproyeksikan berpeluang menguat secara terbatas pada bulan Oktober, dengan rentang pergerakan antara Rp 16.600 hingga Rp 16.730 per dolar AS. Potensi penguatan ini bergantung pada keputusan suku bunga AS dan durasi shutdown pemerintahan.