Nilai tukar Rubel Rusia merosot lebih jauh pada Kamis (3/3/2022), mencapai rekor terendah terhadap dolar AS dan euro. Hal itu terjadi setelah lembaga pemeringkat Fitch dan Moody’s, menurunkan peringkat utang negara Rusia menjadi status “sampah” dengan alasan dampak sanksi Barat.
Pasar keuangan Rusia telah mengalami kekacauan sebagai dampak dari sanksi yang dijatuhkan atas invasinya ke Ukraina, serangan terbesar terhadap negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Sejak pasukan Rusia memasuki Ukraina pada 24 Februari, rubel turun mendekati 30 persen terhadap dolar AS. Bank Sentral Rusia memberlakukan komisi 30 persen untuk pembelian mata uang asing oleh individu di bursa mata uang. Ini merupakan sebuah langkah yang menurut para pialang tampaknya dirancang untuk mengekang permintaan dolar AS. Namun, hal tersebut tidak banyak menghentikan penurunan rubel.
Invasi Rusia ke Ukraina dan sanksi yang dijatuhkan telah menyebabkan peringatan mengerikan tentang ekonomi Rusia. Institute of International Finance memprediksi kontraksi dua digit dalam pertumbuhan tahun ini. Sanksi AS dan Uni Eropa yang melarang transaksi dengan Bank Rusia akan memiliki dampak yang jauh lebih besar pada fundamental kredit Rusia daripada sanksi sebelumnya. Penyedia indeks FTSE Russell dan MSCI mengatakan mereka akan menghapus ekuitas Rusia dari semua indeks mereka, setelah eksekutif puncak MSCI awal pekan ini menyebut pasar saham Rusia “tidak dapat diinvestasikan”.