Risiko Keamanan Tinggi, Presiden Taiwan Tak Disarankan Kunjungi Laut China Selatan

Pejabat tinggi keamanan Taiwan tidak merekomendasikan Presiden Tsai Ing-wen untuk mengunjungi Laut China Selatan. Ini mengingat adanya kemungkinan risiko campur tangan negara-negara terkait terhadap kunjungannya, mengingat kehadiran militer China di sana. Baik Taiwan maupun China mengeklaim sebagian besar Laut China Selatan sebagai wilayah mereka. Namun Taiwan hanya menguasai satu pulau utama di Kepulauan Spratly yang disengketakan di bagian selatan laut yang disebut Itu Aba, yang oleh Taiwan disebut sebagai pulau Taiping.

Beberapa anggota parlemen dari partai yang berkuasa dan partai oposisi utama telah meminta Tsai untuk mengunjungi Itu Aba sebelum dia mundur pada Mei mendatang. Tujuannya tentu demi menegaskan kedaulatan Taiwan dan melihat pelabuhan yang baru saja direnovasi, yang saat ini dapat menampung kapal yang lebih besar. Kedua pendahulunya telah mengunjungi pulau ini, namun dia belum pernah melakukannya selama menjabat. Direktur Jenderal Biro Keamanan Nasional Taiwan, Tsai Ming-yen, mengatakan bahwa Laut Cina Selatan telah sangat dimiliterisasi. Pemerintah juga diminta harus mempertimbangkan bagaimana masyarakat internasional akan melihat perjalanan semacam itu. “Banyak pesawat dan kapal dari berbagai negara yang diganggu oleh negara-negara terkait ketika melintas,” katanya.

China sendiri telah mereklamasi lahan dan membangun pangkalan udara serta fasilitas militer lainnya di beberapa pulau, termasuk yang dekat dengan Itu Aba. China terus mengaku keberatan dengan kapal-kapal angkatan laut AS dan pesawat militer yang beroperasi di dekatnya dalam apa yang disebut Washington sebagai operasi kebebasan navigasi. Itu Aba memiliki landasan pacu yang cukup panjang untuk melakukan penerbangan pasokan ulang militer dari Taiwan, yang memakan waktu sekitar empat jam. Wilayah itu juga memiliki pertahanan yang tak terlalu ketat dibandingkan dengan pulau-pulau terdekat yang dikuasai China. 


Search