Indonesia mendapat komitmen pendanaan US$ 20 miliar atau sekitar Rp 302 triliun (kurs Rp 15.100) dalam Just Energy Transition Partnership (JETP) di KTT G20 beberapa waktu lalu. Komitmen pendanaan dari negara-negara maju ini masuk babak baru di mana Kantor Sekretariat JETP yang berlokasi di Kementerian ESDM baru saja diresmikan. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menjelaskan, JETP merupakan inisiatif program kemitraan antara Indonesia dengan beberapa negara maju dengan tujuan untuk memastikan penurunan emisi gas rumah kaca dapat tercapai.
Dadan menjelaskan dalam waktu pendek Sekretariat akan menyusun rencana investasi (comprehensive investment plan) yang bakal mendapat pendanaan program ini. Namun, secara rinci belum diterangkan proyek mana yang akan mendapat kucuran dana tersebut. Indonesia memiliki proyek 20,9 GW untuk pembangkit energi baru terbarukan (EBT) yang tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) dan kandidat pensiun dini PLTU batu bara.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengungkapkan negara-negara yang tergabung dalam G7 berkomitmen mendanai Indonesia hingga US$ 20 miliar untuk mempercepat pelaksanaan transisi energi. Biden mengatakan komitmen US$ 20 miliar dalam rangka mendukung pengembangan EBT dan percepatan transisi energi melalui penghentian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara.