Keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk merombak (reshuffle) Kabinet Indonesia Maju menjelang berakhirnya masa pemerintahannya dinilai dapat meningkatkan risiko pasar. Adanya perubahan regulasi menjadi kekhawatiran utama. “Jadi kompleksitas dan ketidakpastian itu makin tinggi lagi malah dengan adanya reshuffle tadi. Jadi mungkin enggak akan terlalu berpengaruh positif sih,” kata Executive Director Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Yose Rizal Damuri dalam media briefing RAPBN 2025, di Jakarta, pada Senin (19/8/2024).
Menurut Yose, sekalipun terbit regulasi yang punya sentimen positif pasca-reshuffle, pasar akan tetap berhati-hati dan melihat adanya ketidakpastian. Sebab, regulasi itu belum menjamin keberlangsungan di masa mendatang. “Dunia usaha mungkin melihatnya bahwa mereka enggak tahu nih apakah regulasi yang baru ini, yang positif ini akan terus berlangsung di kemudian hari,” ujarnya. Senior Researcher CSIS Deni Friawan menilai reshuffle kabinet yang dilaksanakan hari ini akan berdampak secara tidak langsung ke perekonomian. Pasar akan merespons dengan khawatir di sisa masa pemerintahan Jokowi yang sekitar dua bulan lagi. “Pasar melihatnya worry (khawatir), artinya ketidakpastian akan tinggi. Kalau itu yang akan terjadi setelah ini, ya iya,” ujarnya pula.
Senin, 19 Agustus 2024 telah dilaksanakan reshuffle Kabinet Indonesia Maju (KIM). Posisi Menkumham yang sebelumnya dijabat oleh Yasonna Laoly, kini diisi oleh Supratman Andi Agtas. Posisi Menteri ESDM yang sebelumnya dijabat oleh Arifin Tasrif digantikan oleh Bahlil Lahadalia. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia digantikan oleh Rosan Roeslani. Kemudian untuk posisi Wamen Kominfo diisi oleh Angga Raka Prabowo.