Bank Dunia (World Bank) memproyeksi perekonomian dunia akan mengalami resesi di tahun depan. Meski demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut kondisi ekonomi Indonesia cukup kuat, bahkan sudah pulih seperti masa pra pandemi. “Terlepas dari berbagai guncangan global tahun ini, Indonesia sebenarnya memiliki momentum pemulihan yang sangat kuat saat ini,” ujarnya. Pemulihan yang kuat itu tercermin dari kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terjaga di level 5 persen. Pada kuartal I-2022, pertumbuhan ekonomi tercatat mencapai 5,23 persen secara tahunan (year on year/yoy), serta berlanjut di kuartal II-2022 dengan tumbuh 5,44 persen (yoy).
Ekonomi yang pulih juga tercermin dari level produk domestik bruto (PDB) riil Indonesia yang sudah mencapai 7,1 persen pada paruh pertama 2022, berada di atas level sebelum terjadi pandemi Covid-19 atau melampaui level tahun 2019. Sri Mulyani juga menyebut Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami pemulihan paling cepat, terutama di antara negara-negara ASEAN 6 maupun G20. Adapun negara-negara ASEAN 6 dan G20 yang memiliki level PDB riil lebih tinggi dari Indonesia, yaitu China sebesar 14,7 persen dan Vietnam sebesar 13,4 persen dari level pra pandemi.
Sri Mulyani berharap berharap momentum pemulihan terjaga akhir tahun. Hal ini dikarenakan masih terdapat sejumlah gejolak ekonomi global yang bisa berdampak ke perekonomian dalam negeri, seperti kenaikan suku bunga yang sangat drastis dari Federal Reserve, nilai tukar yang tertekan, dan dari sisi kemungkinan terjadinya pelemahan ekonomi global. Sebelumnya, dalam studi terbaru Bank Dunia disebutkan bahwa kebijakan pengetatan moneter oleh bank-bank sentral akan berimplikasi pada krisis pasar keuangan dan pelemahan ekonomi. Kondisi itu meingkatkan potensi terjadinya resesi global pada 2023.