Reaksi Ngeri Dunia atas Penembakan Massal di SD Texas: Amerika Membunuh Dirinya Sendiri

Politisi dan media di seluruh dunia bereaksi dengan ngeri, tidak habis pikir, namun lelah terhadap berita bahwa seorang pria bersenjata berusia 18 tahun telah membunuh 19 anak dan dua guru dalam penembakan massal di Amerika Serikat (AS). Penembakan massal di SD Texas pada Selasa (24/5/2022) merupakan kasus ke-27 penembakan di institusi pendidikan AS sepanjang tahun ini saja, menurut laporan Guardian.

Ironisnya, politisi “Negeri Paman Sam” kebanyakan menanggapinya dengan formalitas saja, cukup berkomentar, tapi tak banyak yang diperbuat. Sementara itu, dari pejabat China hingga Ukraina dan laporan media internasional melihat insiden itu dengan penuh keprihatinan. Beberapa sekutu mempertanyakan mengapa Amerika Serikat – dengan hak konstitusionalnya untuk memanggul senjata dan lobi senjata yang kuat – tidak dapat mengatasi kekerasan senjata, yang merenggut rata-rata 111 nyawa sehari.

Amandemen Kedua terhadap Konstitusi Amerika Serikat melindungi hak individu untuk memegang dan membawa senjata. Amandemen ini disahkan pada 15 Desember 1791 sebagai bagian dari “Bill of Rights”. Harian Perancis Le Monde dalam laporannya mencatat bahwa orang Amerika membeli hampir 20 juta senjata api pada 2021, penjualan tertinggi kedua dalam sejarah. “Mereka juga mengalami lebih dari 20.000 kematian akibat senjata api, belum termasuk bunuh diri. Namun Partai Republik jelas tidak dapat membangun hubungan sebab akibat.” El Pais Spanyol memiliki analisis yang sama, lelah dengan insiden demi insiden tapi tanpa tindakan berarti. Lebih lanjut dia menyorot soal bagaimana AS yang hanya memiliki 4 persen dari populasi dunia, tetapi memegang hampir setengah dari pistol dan senapan terdaftar di planet ini.

Search