Startup logistik Deliveree memprediksi bisnis logistik sepanjang tahun ini cenderung melemah dibandingkan dengan 2022 dipicu kekhawatiran resesi ekonomi global. Menurutnya, kondisi ekonomi yang memburuk akan berdampak negatif pada konsumsi masyarakat. Hal ini akan berimbas pada menurunnya jumlah barang yang dikonsumsi dan lebih sedikit logistik dan angkutan truk yang dibutuhkan. Country Manager Deliveree Apoorva Agarwal mengatakan bahwa ketidakpastian global juga akan memicu langkah perusahaan dan enggan untuk berinvestasi dan membangun persediaan. Hal ini pada akhirnya juga berdampak negatif terhadap kebutuhan logistik dan trucking. Untungnya, dia mencatatkan kinerja bisnis Deliveree tetap positif pada awal 2023 seiring dengan bertambahnya jumlah pengguna.
Agarwal mengatakan perusahaan mampu mencatatkan pertumbuhan bisnis pada awal 2023 dengan membukukan pertumbuhan sebesar 60% pada Januari 2023 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Menurutnya, pertumbuhan bisnis Deliveree pada awal 2023 tidak berasal dari pelanggan bisnis yang berkembang. Menurutnya, banyak pelaku bisnis yang berpindah menggunakan layanan Deliveree untuk menghemat biaya. Pelaku bisnis juga memperkenalkan elastisitas ke dalam pengeluaran logistik dan trucking.
Sebaliknya, Supply Chain Indonesia (SCI) memprediksi industri pengolahan, perdagangan, dan pertambangan menjadi sektor potensial yang dapat dimanfaatkan pelaku usaha jasa logistik pada 2023. Chairman SCI Setijadi menyatakan pelaku usaha perlu melakukan beragam upaya peningkatan, mulai dari sisi sumber daya manusia hingga pemanfaatan big data, untuk memaksimalkan peluang tersebut. Peluang jasa logistik terbesar pada lapangan usaha industri pengolahan yang pada 2022 berkontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 18,34% dari total Rpl9.588,4 triliun atau Rp3.591,8 triliun dan tumbuh sebesar 4,89%. Sektor potensial berikutnya adalah lapangan usaha perdagangan yang berkontribusi sebesar 12,85%.