Pesiden Rusia Vladimir Putin akhirnya buka suara soal kudeta Wagner. Ia menuding ada negara lain yang menginginkan Rusia “saling bunuh”. Hal ini ditegaskannya dalam pidato pertama pasca tentara bayaran Rusia yang berperang di Ukraina itu gagal melakukan pemberontakan, Senin waktu setempat. Ia menunjuk Ukraina dan Barat sebagai biang keladi. Di kesempatan sama, Putin juga berterima kasih kepada pejabat keamanannya yang telah membendung pemberontakan bersenjata. Termasuk Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, yang menjadi target utama pemberontakan. Ia pun menyinggung tentara Wagner yang tersisa. Ia mengatakan Wagner dapat memilih apakah akan bergabung dengan tentara Rusia atau pergi ke Belarusia atau bahkan kembali ke rumah mereka.
Komentar senada juga dikatakan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov. Secara implisit bahkan ia menyindir Amerika Serikat (AS) terkait. Ia mengatakan Amerika antusias mendukung perubahan rezim kapan pun, karena dapat memperoleh menfaat dari itu. Menurutnya, ada banyak perubahan rezim di dunia yang ditanggapi Paman Sam dangan berbeda tergantung siapa yang berkuasa dan siapa yang mencoba melakukan kudeta.
Sebelumnya tentara Wagner yang dipimpin Yevgeny Prigozhin melakukan pemberontakan dengan menguasai kota Rostov-on-Don, Rusia selatan. Ketegangan tengan Kementerian Pertahanan menjadi penyebab. Prigozhin bahkan sempat mengklaim Shoigu telah memerintahkan serangan roket ke kamp lapangan Wagner di Ukraina. Hal itu menewaskan banyak tentaranya. Titik balik pun terjadi, 23 Juni. Prigozhin merilis video yang meningkatkan perseteruannya dengan petinggi militer Rusia.