Produktivitas Sapi Nasional Dinilai Perlu Digenjot Demi Tekan Dampak Negatif Wabah PMK

Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mendorong upaya peningkatan produktivitas sapi nasional. Langkah peningkatan produktivitas menjadi keharusan saat ini demi meminimalisasi dampak negatif dari wabah penyakit mulut dan kuku (PMK). Peneliti CIPS, Aditya Alta, mengatakan, terdapat beberapa faktor yang menghambat produksi sapi lokal, di antaranya rantai distribusi yang panjang, dan transportasi dan logistik berbiaya tinggi karena karakteristik negara kepulauan yang besar.

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas sapi nasional. Pemerintah, dapat memfasilitasi akses peternak kepada teknologi. Upaya itu dapat dicapai dengan dukungan program peningkatan kapasitas dari LSM, swasta, dan donor, dapat memfasilitasi arus informasi pasar yang berkelanjutan antara petani, koperasi, dan perusahaan. Kurangnya informasi pasar telah menghalangi peternak untuk melihat peluang melakukan negosiasi harga yang lebih baik. Pemerintah juga harus memastikan industri peternakan yang kompetitif dengan menghilangkan hambatan perdagangan dan investasi, seperti persyaratan modal minimum untuk investasi baru untuk mengundang lebih banyak investor ke pasar.

Berikutnya adalah mendorong transfer teknologi melalui kemitraan antara peternak dan perusahaan. Kemitraan dapat membuka akses peternak kepada pasar dan meningkatkan kualitas, karena adanya kewajiban untuk menghasilkan daging, susu, atau produk turunannya sesuai standar. Peningkatan produktivitas peternakan juga tergantung pada akses peternak terhadap pakan. Oleh karena itu, koordinasi lintas kementerian, misalnya antara Bappenas dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang, perlu dilakukan untuk menyelaraskan aturan tata guna lahan dengan penyediaan pakan sapi yang berkelanjutan. Pemerintah juga perlu memastikan ketersediaan pakan sapi berkualitas yang dapat diakses dengan harga terjangkau oleh peternak.

Search