Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan, ada potensi defisit neraca beras hingga akhir tahun 2023. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar mengungkapkan, ini terlihat dari kecenderungan jumlah produksi beras dari bulan Agustus 2023 yang menurun. “Berdasarkan perhitungan BPS, amatan bulan sebelumnya, memang ada kecenderungan penurunan jumlah produksi beras dari Agustus 2023 ke bulan berikutnya sampai dengan akhir tahun,” tutur Amalia dalam konferensi pers, Senin (2/10).
Sebelumnya, Amalia juga pernah menjelaskan bahwa ada potensi penurunan luas panen padi nasional di bulan November 2023 hingga Desember 2023. Sementara, kebutuhan konsumsi beras rata-rata per bulan di Indonesia mencapai 2,55 juta ton per bulan. Memang, masih ada sekitar lima provinsi dengan potensi panen padi tinggi, yang mencakup 60% pasar di Indonesia. Namun, Amalia memperkirakan produksi padi di lima provinsi tersebut akan menurun. Hal tersebut diungkapkannya dalam rapat koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah tahun 2023 yang diselenggarakan pekan lalu.
Akan tetapi, Amalia kembali menegaskan, bahwa peristiwa yang memang sudah dibayangkannya akan terjadi juga tak lepas dari faktor musiman. “Biasanya, memang di akhir tahun produksi beras relatif lebih rendah dibandingkan bulan-bulan sebelumnya,” tambahnya. Namun, untuk tahun ini, Amalia juga mengingatkan ada faktor tambahan yang memengaruhi produksi beras, yaitu faktor eksternal yang berasal dari cuaca. “Kita bisa rasakan bersama dampak El-Nino yang menyebabkan beberapa wilayah di Indonesia juga mengalami kekeringan,” tandasnya.