Selain stoknya terbatas, minyak goreng curah umumnya masih dijual di atas ketentuan harga eceran tertinggi. Sejumlah kalangan berharap pemerintah mengatasinya sebelum bulan Ramadhan tiba pekan depan.
Ekonom Universitas Indonesia, Fithra Faisal Hadtiadi, mengusulkan sejumlah solusi untuk mengurai persoalan minyak goreng. Pertama, gulirkan minyak goreng bersubsidi melalui mekanisme bantuan sosial karena yang paling terdampak oleh mahalnya harga adalah masyarakat rentan.
Kedua, pemerintah dapat melibatkan Bulog dalam penyediaan minyak goreng curah bersubsidi. Ketiga, integrasikan pabrik-pabrik minyak goreng yang belum terkoneksi dengan pabrik CPO atau olein. Tidak terintegrasinya pabrik-pabrik tersebut dengan sumber bahan baku menyebabkan pengelolanya membeli CPO berdasarkan harga lelang yang mengacu pada harga internasional.
Keempat, manfaatkan sistem resi gudang sawit yang juga memiliki instrumen lindung nilai (hedging), perlindungan petani, dan stabilisasi harga. Integrasikan sistem resi gudang itu dengan Bulog.
Kelima, ciptakan buffer stock (CPO atau minyak goreng) dengan mengimpor dari Malaysia yang lebih murah ketimbang Indonesia. Harganya bisa ditentukan secara bilateral sehingga dapat dijual murah di dalam negeri hingga harga minyak goreng kembali normal. Dengan begitu, pemerintah memiliki kuasa suplai, kata Fithra