Presiden: RI Harus Miliki Strategi Besar agar Kuat dan Mandiri

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bangsa Indonesia harus memiliki strategi besar untuk menjadi kuat dan mandiri di tengah situasi dunia yang bergejolak saat ini. Presiden kembali menegaskan kalau Indonesia sedang menghadapi situasi dunia yang tidak baik-baik saja. Salah satu strategi yang harus yang harus diterapkan adalah meningkatkan penggunaan dan belanja produk-produk dalam negeri. Sebaliknya, penggunaan produk-produk impor harus makin kecil dan dihilangkan. Untuk itu, Jokowi memandang perlu ada terobosan-terobosan untuk meningkatkan penggunaan produk-produk dalam negeri. Kepala Negara dalam kesempatan itu juga meminta perlu perbaikan besar-besaran dari hulu hingga hilir dengan memperbanyak produk dalam negeri yang memiliki sertifikat tingkat komponen dalam negeri (TKDN) agar kualitas produk dalam negeri makin meningkat.

Dekan Fakultas Pertanian Univeristas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jaka Widada, mengatakan Presiden Jokowi di masa akhir pemerintahannya harus benar-benar meletakkan kemandirian sebagai jalan bangsa dan negara yang tegas dipilih untuk menghadapi tantangan ke depan. Jaka mengatakan masalah yang benar-benar akan terjadi melanda seluruh negara bahkan seluruh umat manusia yakni bencana kelaparan sebagaimana yang diprediksi organisasi pangan dunia, FAO, pada 2050 mendatang. Ancaman riil itu bukan hanya negara-negara tertentu, tetapi bagi dunia, termasuk Indonesia. Indonesia, kata Jaka, tidak boleh lagi mengandalkan kebutuhan pangan dari impor. Sebaliknya, masalah pangan harus tuntas dengan kemandirian nasional. Karena di hari depan saat kesulitan pangan terjadi setiap negara akan mengamankan kebutuhan negaranya sendiri.

Indonesia semestinya meniru tiga negara yang kini telah siap menghadapi ancaman krisis pangan, yakni Tiongkok, Israel, dan Belanda. Tiongkok sudah sukses membuat benih padi yang produksinya dua kali lipat lebih banyak, sedangkan Belanda dan Israel telah mengimplementasikan teknologi yang mumpuni untuk meningkatkan produksi komoditas pertanian. Sementara itu, pengamat ekonomi dari Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, Yohanes B Suhartoko, mengatakan pemerintah perlu membuat strategi besar. Kekuatan Indonesia adalah penghasil komoditas primer, baik berupa bahan tambang, pertanian, kelautan baik dari sisi kualitas maupun kuantitas serta variasinya. “Keunggulan ini harus ditingkatkan dengan meningkatkan nilai tambahnya,” kata Suhartoko.

Search