Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Rabu (23/4/2025) mendesak Hamas untuk segera membebaskan seluruh sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza. Menurutnya, penahanan para sandera telah memberikan alasan bagi Israel untuk terus melakukan serangan terhadap wilayah tersebut. Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya tekanan dari negara-negara Barat dan Arab yang mempertanyakan peran Otoritas Palestina dalam proses perdamaian dan masa depan Gaza pascaperang.
Abbas menyampaikan pernyataan tersebut dalam pertemuan Dewan Pusat Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Ramallah. Ia menegaskan bahwa Hamas seharusnya menyerahkan tanggung jawab pemerintahan di Gaza dan senjatanya kepada Otoritas Palestina, serta berubah menjadi partai politik. Sementara itu, Israel terus menyerang Gaza sejak gencatan senjata berakhir pada 1 Maret 2025. Terbaru, Israel menyerang sekolah Yaffa di distrik Al-Tuffah, Gaza, yang digunakan sebagai tempat pengungsian.
Serangan itu menyebabkan kebakaran hebat dan menewaskan banyak orang, termasuk anak-anak. Hingga kini, total korban tewas di Gaza telah mencapai lebih dari 51.300 jiwa. Badan-badan kemanusiaan memperkirakan mayoritas dari 2,4 juta penduduk Gaza telah kehilangan tempat tinggal setidaknya sekali sejak perang dimulai. Namun, negosiasi untuk mencapai gencatan senjata baru belum menunjukkan kemajuan berarti. Delegasi Hamas kini tengah berada di Kairo untuk melanjutkan pembicaraan dengan mediator dari Mesir dan Qatar.