Setelah 3 tahun tidak mengimpor beras, pemerintah Indonesia mendapatkan penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI). Prestasi itu sedikit tercoreng di akhir tahun 2022 dengan kebijakan impor untuk menutupi kekurangan stok beras di Perum Bulog. Lembaga parastatal itu per 6 Desember 2022 hanya menguasai 295. 000 ton Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dengan kualitas medium dan 199. 000 ton kualitas premium (komersial). Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah mengizinkan Bulog mengisi CBP dengan kualitas premium, sehingga CBP mesti dihitung total 494. 000 ton. Pemerintah tidak mau mengambil risiko, mengingat pilihan untuk menutupi kekurangan tersebut melalui pengadaan dalam negeri tidak memungkinkan. Kementerian Perdagangan lalu memberi izin pada Bulog untuk impor 500. 000 ton.
Kebijakan ini dimaklumi karena jika dibiarkan dan terjadi suatu keadaan darurat ataupun gejolak harga beras yang melonjak karena menghadapi Natal dan Tahun Baru tentu sangat berbahaya. Belum lagi beras dikategorikan sebagai volatile food bersama sembilan pangan lainnya, yang menurut Bank Indonesia jika tidak dijaga maka akan bergejolak dan meyumbang inflasi. Situasinya sangat rentan, belum lagi potensi eksploitasi pasar oleh pihak-pihak yang menguasai stok beras. Silang pendapat antara Kementerian Pertanian (Kementan) dan Bapanas-Perum Bulog berlangsung dengan tensi yang tinggi. Kementan masih tetap berpatok pada data BPS bahwa tahun 2022 Indonesia surplus 1,8 juta ton. Sedangkan Bulog ketika turun lapangan tidak menemukan gabah/beras sebagaimana diklaim Kementan. Perbedaan data Kementan dan Bapanas memang wajar mengingat Kementan mengacu pada data potensi luas panen, sementara Bapanas menghitung berdasarkan stok yang dikuasai Bulog.
Dengan rataan pengeluaran Bulog per bulan 120. 000 ton (acuan di tahun 2020 dan 2021) maka stok Bulog setelah di kurangi kebutuhan bulan Januari dan Februari hanya sekitar 260. 000 ton. Agar impor ini tidak berdampak pada harga jual gabah di tingkat petani, maka kuota 500. 000 ton perlu ditinjau ulang, cukup 300. 000 ton, sehingga total cadangan 560. 000 ton cukup aman untuk stok selama 2 bulan kedepan jika sewaktu-waktu diperlukan. Panen raya bulan Maret dan April, disini Bulog harus melakukan penyerapan secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang idealnya 1,2 juta sampai 1,5 juta ton. Saat yang sama pemerintah c.q. Bapanas segera meninjau ulang HPP Gabah dan Beras yang saat ini terus mengalami perubahan.