Penguatan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia mengindikasikan optimisme para pelaku usaha. Industri manufaktur yang terus ekspansif mencerminkan tetap kuatnya perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global yang masih dibayangi tren perlambatan dan ketidakpastian. “Terutama optimisme dari para pelaku usaha dalam melihat potensi perekonomian domestik dalam jangka pendek,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu, dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Selasa (4/4).
Febrio mengatakan di tengah tekanan ekonomi global, sektor manufaktur Indonesia secara konsisten mengalami ekspansi di sepanjang triwulan 2023. Indikator PMI Manufaktur nasional menguat kembali ke level 51,9 di bulan Maret 2023 dari bulan Februari 2023 yang sebesar 51,2. Tingkat permintaan domestik terindikasi terus mengalami peningkatan sehingga menopang aktivitas produksi manufaktur di tengah permintaan ekspor yang masih relatif tertahan. Selain itu, tambah dia, perbaikan distribusi dan logistik juga terus mengalami perbaikan dalam dua bulan terakhir dan mampu mendorong aktivitas produksi di dalam negeri.
Menurut Febrio, Indonesia dan India merupakan dua dari sedikit negara Asia yang mengalami tren peningkatan PMI Manufaktur. PMI India tercatat pada level 56,4 dari sebelumnya 55,3 pada Februari lalu. Sementara itu, Vietnam dengan PMI sebesar 47,7 dan Malaysia sebesar 48,8 mengalami kontraksi, demikian pula dengan Jepang dengan PMI sebesar 49,2 dan Korea sebesar 47,6 yang masih terus berada di zona kontraksi di sepanjang triwulan pertama. Sementara perekonomian terbesar di Asia, PMI Tiongkok, relatif stagnan di level 50,0. Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita mengemukakan tingkat ekspansi PMI Manufaktur Indonesia tersebut sejalan dengan hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Maret 2023 yang juga menunjukkan nilai ekspansi sebesar 51,87. Menperin juga menilai peningkatan permintaan domestik mendorong meningkatnya output dan tenaga kerja.