PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mengklaim dapat menghasilkan 96 ribu listrik hijau hingga Februari lalu. Listrik hijau tersebut dari teknologi co-firing lewat pencampuran serbuk kayu hingga sampah (biomassa) dengan batu bara pada 28 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Sepanjang tahun lalu total emisi karbon yang berhasil ditekan melalui co-firing mencapai 268 ribu ton karbondioksida. Sementara hingga Februari tahun ini, perseroan mampu menekan emisi gas buang hingga 96 ribu ton melalui co-firing. Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan (EBT) PLN Wiluyo Kusdwiharto menyatakan bahwa teknologi ini bukan hanya sekedar pengurangan emisi, tetapi ada unsur ekonomi sirkular yang mengolah limbah menjadi sesuatu yang lebih bernilai dan meningkatkan efisiensi.
Program ini ditargetkan rata-rata menggunakan 10-20 persen dari kapasitas PLTU PLN untuk co-firing atau sekitar 2.700 megawatt. Ke depan, ia menargetkan co-firing dapat diperluas kegunaannya hingga 52 PLTU. Pihaknya juga akan bekerja sama dengan Perhutani dan PTPN untuk memasok 10,2 juta ton biomassa guna menggantikan 10 persen kebutuhan batu bara di PLTU. Sebagai contoh, Perhutani dapat memasok biomassa PLTU sebesar 11.500 ton per tahun untuk PLTU Pelabuhan Ratu dan 14.300 ton untuk PLTU Rembang.