Presiden Amerika Serikat (AS), DonaldTrump, mengonfirmasi pembicaraan nuklir dengan pemerintah Iran menghadapi jalan buntu. Hal itu diungkap Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih pada Senin (9/6/2025). Di kesempatan itu, Trump mengatakan Iran terlalu menginginkan banyak hal. Salah satunya Iran mendesak agar diizinkan untuk memperkaya uranium dalam kesepakatan nuklir potensial dengan AS. Adapun sebelumnya Presiden Trump menegaskan Iran tidak akan diizinkan untuk memperkaya uranium. Bahkan, Trump berjanji akan menghentikan Teheran untuk memperoleh senjata nuklir, tetapi Netanyahu skeptis terhadap upaya diplomatik untuk membatasi ambisi nuklir Iran.
Komentar Trump muncul setelah laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyebutkan Iran telah meningkatkan cadangan uranium yang diperkaya hingga level 60 persen. Angka itu naik sekitar 50 persen selama Februari hingga Mei, dari 274,8 kg menjadi 408,6 kg. Alasan tersebut yang membuat AS melarang Iran melakukan pengayaan kecuali pengayaan tingkat rendah untuk keperluan sipil, seperti pembangkit listrik dan medis, dengan syarat menutup fasilitas bawah tanahnya dalam periode tertentu.
Merespons pernyataan Trump, Iran menilai usulan terbaru AS gagal mengatasi perbedaan mendasar dalam tiga isu utama. Yaitu, hak Iran untuk pengayaan uranium di dalam negeri, nasib seluruh cadangan uranium yang telah diperkaya, dan langkah-langkah konkret dalam pencabutan sanksi AS. Hal ini yang membuat Iran menolak keras usulan Trump. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, mengatakan usulan AS yang disampaikan tak dapat diterima oleh Iran dan tidak mencerminkan hasil dari putaran negosiasi sebelumnya. Adapun penolakan ini juga mencerminkan posisi tegas Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang pekan lalu menyebut tawaran AS bertentangan dengan kepentingan nasional Iran.