Eropa diprediksi bisa bangkrut jika terus menggelontorkan bantuan kepada Ukraina tanpa sokongan dari Amerika Serikat (AS). Pakar hubungan internasional asal Belgia, Gilbert Doctorow, berkata Eropa tak punya sarana yang diperlukan untuk melanjutkan perang proksi (perang secara tidak langsung) dengan Rusia. Doctorow juga menyebut Eropa (dalam hal ini negara-negara anggota NATO) terancam harus menyepakati perdamaian terpisah dengan Rusia.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump sudah memperingatkan bahwa AS bisa saja menghentikan anggaran militernya untuk NATO jika anggota NATO di Eropa enggan meningkatkan sumbangsih anggaran pertahanannya dari 2 persen menjadi 5 persen produk domestik bruto (PDB). “Namun, mereka tidak bisa mengatasinya. Ini bukan hanya perkara uang. Mereka tidak punya persediaan militer yang dibutuhkan Ukraina untuk meneruskan perang,” katanya. Doctorow berujar absennya dukungan AS merupakan hal yang sangat buruk bagi Ukraina.
Sementara itu, Bloomberg pada hari Kamis, (13/2/2025), menyebut bantuan Eropa untuk Ukraina dan pengembangan militer Eropa akan memerlukan tambahan dana hingga $3,1 triliun atau sekitar Rp50.700 triliun. Sejumlah anggota NATO menganggap anggaran pertahanan sebesar 5 persen dari PDB masing-masing anggota tidaklah realistis. Adapun rencananya hanya meningkatkan anggaran menjadi sekitar 3,5 persen PDB.