Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) adalah organisasi regional yang terdiri dari sepuluh negara anggota Asia Tenggara, dibentuk pada 1967. ASEAN bertujuan mempromosikan kerja sama ekonomi dan keamanan di kawasan. ASEAN dipimpinpin secara bergiliran atau rotasi, dan pada 2023, kepemimpinan ASEAN dipegang Indonesia. Dengan mengadopsi tema “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth,” bisa diartikan bahwa fokusnya adalah pada ekonomi kawasan.
Namun agenda ASEAN disibukkan masalah krisis Myanmar dan memfasilitasi penggabungan Timor-Leste ke dalam ASEAN secara penuh dan beberapa isu regional seperti ketegangan politik dan kawasan di Laut Cina Selatan. Meskipun ketegangan di Laut Cina Selatan bersifat signifikan dan mendesak, tampaknya sulit bagi Indonesia atau ASEAN secara aktif terlibat. Tema “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”, Indonesia telah mengindikasikan keinginannya untuk memfokuskan kembali perhatian ASEAN pada pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di kawasan pasca-Covid-19. Ketahanan pangan, ketahanan energi, kesehatan, dan stabilitas keuangan-adalah tema penting dengan tujuan menjadikan kawasan ini sebagai episentrum pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Belum begitu jelas apakah episentrum dimaksudkan hanya untuk kawasan ASEAN atau juga bagi kawasan sekitarnya. Pertumbuhan ekonomi ASEAN selalu di atas pertumbuhan dunia, namun hanya Indonesia yang menjadi anggota G20. Sulit rasanya ASEAN menjadi pusat pertumbuhan ekonomi kawasan lainnya. Dilema terbesar bagi kerja sama ekonomi ASEAN adalah masalah mata uang yang berbeda. Kerja sama ekonomi Eropa, misalnya, menggunakan mata uang Euro yang mengintegrasikan ekonomi kawannya. Paling tidak, empat topik tersebut diusung sebagai tambahan dari Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN 2025, yakni tentang Ekonomi Biru. Inisiatif-inisiatif ini menunjukkan komitmen Indonesia terhadap langkah-langkah maju dalam mencapai tujuan dan mendorong kerja sama regional. Cetak biru ekonomi biru masih sebatas gagasan, pelaksanaannya memerlukan waktu panjang dan investasi besar.